Kamis, Mei 01, 2008

Investasi dari Timur tengah 10 Miliar Dollar

Target pemerintah untuk menarik investasi langsung dari Timur Tengah senilai 10 miliar dollar AS hingga tahun 2009 optimistis akan tercapai karena sampai sekarang sudah ada beberapa perusahaan yang sudah merealisasikan investasinya di Indonesia.

Misalnya, Emaar Properties telah melakukan penandatanganan kerja sama dengan PT Bali Tourism Development Board (BTDC) senilai 600 juta dollar AS untuk pembangunan kawasan pariwisata terpadu di Lombok selatan. Untuk tahap pertama, Emaar akan membangun Hotel Ritz- Carlton dan Hotel Armani.

Demikian dikatakan Alwi Shihab, Utusan Khusus Presiden RI untuk Timteng, di sela Forum Ekonomi Islam Dunia (WIEF) IV di Kuwait, Senin (28/4).

Kendala yang dihadapi investor dari Timteng, kata Alwi, antara lain tumpang tindih kewenangan dalam pengambilan keputusan di tingkat daerah. Misalnya, investor dari Dubai, yakni Dubai Draydock, hampir membatalkan investasinya di Batam senilai 500 juta dollar AS.

Investasi yang akan dikembangkan Dubai Draydock di bidang pembangunan pengangkutan kapal ini nyaris batal karena penguasa setempat tak kunjung memutuskan soal analisis mengenai dampak lingkungan.

Investor dari Dubai juga akan mengembangkan pusat industri berteknologi tinggi di Batam sehingga, kata Alwi, nilai investasinya bisa berkembang hingga 1 miliar dollar AS. Persoalannya, Wali Kota, pejabat Otorita Batam, dan Gubernur Kepulauan Riau tidak ada yang berani mengambil keputusan.

Investor lain yang sudah menyatakan komitmen untuk menanamkan modal di Tanah Air, kata Alwi, adalah Al Ghurair Group dan anak perusahaannya, ETA Star Raymond Dastur, yang akan menanam modal awal senilai 500 juta dollar AS untuk peremajaan dan revitalisasi kilang minyak di Balikpapan, Kaltim.

”Investasi Al Ghurair ini bisa meningkat menjadi 3 miliar dollar AS,” ujar Alwi. Sementara itu, perusahaan Pacific Inter-Link akan mengembangkan pabrik pengolahan minyak sawit di Dumai, Riau, dengan nilai investasi 500 juta dollar AS.

Investor lain yang juga akan menanamkan modal di Indonesia adalah Qatar Islamic Bank dan Ras Al-Khaimah (RAK), yang akan mengembangkan pelabuhan Tanjung Api-api di Sumsel.

Sementara itu, Tanri Abeng, salah satu anggota dewan penasihat Forum Ekonomi Islam Dunia, mengatakan, lobi yang dilakukannya bersama Alwi harus direspons dengan cepat oleh para birokrat dan pelaku ekonomi di perusahaan BUMN. Jika tidak, investasi langsung akan sulit direalisasikan di Indonesia.

”Selama ini respons dari beberapa pejabat pemerintah di bawah menteri sangat lamban. Demikian juga respons dari pelaku ekonomi di perusahaan BUMN sangat kurang dalam melakukan kerja sama dengan investor asing,” tutur Tanri Abeng.

Pemimpin delegasi Indonesia ke Forum Ekonomi Islam Dunia, Irman Gusman, menambahkan, pada forum ini pihaknya akan mengusulkan untuk membentuk badan yang khusus mengelola zakat dari hasil keuntungan tambang minyak dan gas yang diperoleh negara-negara Islam. ”Setidaknya potensi zakat yang bisa dikumpulkan dari negara-negara Islam yang mendapat keuntungan dari hasil migas mencapai 80 miliar dollar AS per tahun. Dana ini bisa digunakan untuk negara- negara Islam yang masih tergolong miskin,” ujarnya. (Tjahja Gunawan Diredja dari Kuwait)

Tidak ada komentar: